Kalau saya ditanya tentang apa tujuan hidup, pasti saya akan menjawab dengan kalimat, "Mau bahagia, hidup tenang dan tentram."
Kenapa itu?
Sepanjang hidup saya mengalami banyak hal. Ada yang bikin saya merasa senang, ada juga yang bikin saya menangis. Tapi alasan saya kenapa itu tujuan hidup yang ingin saya wujudkan karena setelah menginjak dewasa saya mulai paham hidup itu enggak mudah, banyak tanggung jawab, dituntut oleh keadaan, dan banyak toleransi dengan orang-orang sekitar. Kadang kita harus jadi orang lain agar bisa melebur dengan semesta dan rasanya sangat tidak menyenangkan. Saya yakin bisa mendengar kalau di lubuk hati paling dalam ada teriakan-teriakan yang coba memberontak. Tapi yang terjadi saya kerap menutup telinga dan mensugesti diri sendiri kalau semua baik-baik saja.
Saya berangkat dari keluarga miskin. Orang tua saya bukan orang berpendidikan. Saudara saya bukan orang mapan. Dan sampai sekarang saya merasa terjebak dengan kemiskinan itu. Ada yang lebih menyedihkan dari kemiskinan yaitu daya juang yang naik turun. Saya sering lupa diri kalau saya miskin tapi enggan berusaha keras memperbaiki. Bahkan lebih sering malas-malasan.
Jika harus berdalih, saya akan bilang kalau saya bingung harus memulai dari mana. Beruntungnya, saya mulai memperjelas apa yang saya rasakan di lubuk hati paling dalam. Saya membongkar semua yang saya tutupi. Saya berusaha telanjang tentang diri saya sendiri.
Saya capek. Dan saya ingin memperbaiki itu semua. Saya mau bahagia. Hidup tenang dan tentram.
Dan saya ingin menulis jurnal soal hidup saya mulai dari sekarang.
Usia saya sudah enggak muda tapi saya yakin semua perbaikan bakal ada hasilnya. Saya tidak peduli walau pun sudah sangat-sangat terlambat. Tapi hidup bahagia, tenang, dan tentram patut diperjuangkan.
"Adin, jangan menyerah sekarang. Hidup ini terlalu seru untuk didiamkan saja. Percaya, kamu bisa!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar